PDM Kota Metro - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Metro
.: Home > Artikel

Homepage

MUHAMMADIYAH METRO MASA KOLONISASI

.: Home > Artikel > PDM
18 Februari 2022 07:18 WIB
Dibaca: 218
Penulis :

Oleh

Mukhtar Hadi 

Program  Kolonisasi  di Lampung

Pada awal abad 20 atas desakan Parlemen di Denhag Belanda, pemerintah Hindia Belanda memberlakukan kebijakan politik baru yang disebut dengan Politik Etis. Inti kebijakan dari politik etis pemerintahan Hindia Belanda itu yaitu perlunya pemihakan dan perhatian pemerintah kolonial kepada nasib masyarakat negeri jajahan.  Ada tiga hal program dari politik etis yaitu pemberian kesempatan menempuh pendidikan bagi rakyat pribumi, program irigasi untuk pertanian, dan pemindahan penduduk dari wilayah padat (terutama jawa) ke daerah yang lebih sedikit penduduknya (terutama wilayah luar jawa). Program yang terakhir yaitu pemindahan penduduk ini yang kemudian disebut dengan program Kolonisasi, yaitu semacam program transmigrasi, memindahkan penduduk dari wilayah yang padat ke wilayah yang masih jarang penduduknya.

Program kolonisasi oleh pemerintah Hindia Belanda dilatarbelakangi ketidakseimbangan jumlah penduduk antara yang ada di pulau Jawa dengan daerah lain. Kelebihan penduduk pada suatu tempat dinilai dapat mengakibatkan kelaparan dan kemiskinan. Selain faktor pertumbuhan penduduk dan ekonomi, mobilisasi penduduk juga untuk mengantisipasi munculnya gerakan sosial masyarakat yang dapat mengancam pelaksanaan pemerintahan kolonial. Sebelum masa politik etis, program kolonisasi sebenarnya sudah dilakukan oleh pihak swasta melalui perusahaan perkebunan milik orang-orang belanda yang tujuannya untuk mendapatkan tenaga buruh perkebunan yang murah dan mudah dikendalikan sebagaimana karakter yang kebanyakan dimiliki oleh tenaga buruh dari jawa.

Program Kolonisasi tersebut juga menyasar wilayah Lampung sebagai salah satu daerah tujuan, termasuk di dalamnya Kota Metro. Percobaan kolonisasi di Lampung pertama kali dilakukan pada bulan November 1905, dengan memberangkatkan 155 keluarga dari Bagelen, Karesidenan Kedu Jawa Tengah menuju Gedong Tataan Keresidenan Lampung, dipimpin langsung HG.Heyting dan dibantu seorang asisten wedana dan 2 mantri irigasi (Tim Ahli Cagar Budaya Kota Metro, 2020:5). Program kolonisasi di Karesidenan Lampung yang dimulai sejak tahun 1905 ini kemudian berlanjut hingga tahun 1941.

Program kolonisasi di Kota Metro dimulai pada tahun 1932 dengan didatangkannya penduduk dari Jawa yang ditempatkan di wilayah distrik Sukadana (Onderafdeeling Soekadana), tepatnya di Kampung Gedung Dalem. Menurut catatan sejarah, camp sementara pertama penempatan para kolonis ini adalah di daerah Njojog dengan menempati bangunan sederhana berukuran 2 x 3 M dan beratapkan anyaman welit serta berdinding kulit kayu atau susunan kayu. Bangunan itu yang kemudian disebut bedeng-bedeng. Melihat kemajuan kolonisasi di Gedung Dalam , maka selanjutnya area kolonisasi diperluas yaitu di daerah Pengubuan, Way Seputih, Rumbia, Punggur, Raman dan Way Jepara. Program kolonisasi kemudian juga dikembangkan ke daerah Trimoerdjo. Wilayah kolonisasi ini membutuhkan tenaga administrasi yang cakap dan tempat administrasi ibukota kolonisasi, Maka pada perkembangan berikutnya ibukota kolonisasi onderafdeeling Soekadana dipindahkan ke wilayah baru yang kemudian diberi nama Metro.

 

Perkembangan Muhammadiyah Metro Masa Kolonisasi

Perkembangan sejarah Muhammadiyah Metro dapat ditelusuri berdasarkan informasi lisan, bahwa orang-orang yang mengenalkan Muhammadiyah pertama kali di Metro adalah orang-orang yang ikut dalam gelombang kolonisasi (transmigrasi di zaman kolonial) tahun 1936. Diantara rombongan gelombang kolonisasi itu ada orang per orang yang merupakan warga dan simpatisan Muhammadiyah diantaranya adalah Sosro Sudarmo (seorang mantri kesehatan), Mohammad Chojad, Abdullah Sajad, Mohammad Asrof dan Sono Hadipuspito (seorang guru). Ki. Rahmat, D. Subari, Muhajir.

Tidak ada data tertulis Surat Keputusan pengurus Muhammadiyah Metro pada saat itu, namun berdasarkan hasil penelitian Universitas Muhammadiyah Metro (2018:18) pada tahun 1939 sudah ada kepengurusan Muhammadiyah Metro. Struktur pengurusnya adalah sebagai berikut :

Ketua           : Sosro Sudarmo

Wakil Ketua : Mohammad Chojad

Anggota      : Abdullah Sajad

                                 : Ngali

                                 : Mohammad Asrof

                                 : Muhajir

                                 : Sono Hadipuspito

Sosro Sudarmo adalah seorang mantri dari Jawa yang ikut dalam program kolonisasi zaman pemerintah kolonial Belanda. Dia adalah satu-satunya mantri (seorang perawat yang memiliki kemampuan pengobatan seperti dokter umum) di Metro yang bertugas untuk melayani warga di bidang kesehatan terutama masyarakat yang awal mula ikut membuka wilayah Metro. Karena kiprahnya di bidang kesehatan di awal mula pembukaan kota Metro, namanya cukup terkenal di kalangan masyarakat, bahkan ia tercatat sebagai tokoh yang berjasa di Kota Metro dan namanya diabadikan  sebagai salah satu jalan, yaitu Jalan Sosro Sudarmo di Kota Metro hingga sekarang ini.

Sosro Sudarmo meninggal di masa agresi Belanda tahun 1949. Pemerintah Belanda menilai Sosro Sudarmo adalah orang yang berbahaya dalam upaya Belanda kembali merebut kekuasaannya setelah kemerdekaan Indonesia. Sebab itu pada tahun 1949, ia ditangkap di rumahnya dan di hadapan keluarganya ia dieksekusi langsung dengan cara ditembak hingga ia menemui ajal sebagai syuhada.

Sepeninggal Sosro Sudarmo Muhammadiyah Metro kemudian diteruskan oleh generasi Mohammad Asrof, dan lainnya. Mohammad Asrof sendiri adalah salah seorang yang ikut rombongan gelombang pertama kolonisasi dari Jawa ke Metro. Ia adalah seorang pegawai Departemen Agama. Tidak ada data tertulis yang lengkap dari generasi awal Muhammadiyah Metro ini. Karena itu membutuhkan informasi dari sumber-sumber tokoh yang masih hidup untuk mengungkapkan sepak terjang tokoh-tokoh ini dalam perkembangan awal Muhammadiyah di Kota Metro.

Catatan :

Tulisan ini sebagai pemantik awal untuk menelusuri sejarah Muhammadiyah Kota Metro. Jika ada data, informasi yang lebih detail dan akurat, maka bisa disampaikan kepada Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Metro.

 

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website