PDM Kota Metro - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Metro
.: Home > Artikel

Homepage

MUHAMMADIYAH METRO PASCA KEMERDEKAAN

.: Home > Artikel > PDM
22 Februari 2022 07:43 WIB
Dibaca: 235
Penulis :

oleh:

Muhtar Hadi 
 

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 keberadaan Muhammadiyah Metro kurang begitu terdengar. Kondisi ini bisa dimaklumi karena pemerintah Indonesia yang baru terbentuk sedang disibukkan untuk persiapan pemerintahan yang baru. Disamping itu usaha pemerintah kolonial Belanda untuk kembali menguasai Indonesia dengan beberapa kali agresi cukup menyita energi pemerintah Indonesia yang baru saja di proklamirkan.  Masa-masa agresi ini membuat masyarakat juga disibukkan dalam ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Organisasi-organisasi kemasyarakatan Islam tentu juga ikut andil dalam proses mempertahankan kemerdekaan itu, sehingga kepengurusan dan kegiatan-kegiatan kemuhammadiyahan akhirnya juga mengalami stagnasi.

Keberadaan Muhammadiyah Metro setelah Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari perkembangan Muhammadiyah sebelum kemerdekaan yang sudah dirintis oleh generasi Sosro Sudarmo, Abdullah Sajad, Mohammad Asrof, Sono Hadipuspito, dan yang lainnya. Berdasarkan berdasarkan data tertulis, keberadaan persyarikatan Muhammadiyah di kota Metro setelah kemerdekaan Republik Indonesia baru ada pada tahun 1954, yaitu ditandai dengan berdirinya Pimpinan Muhammadiyah Cabang (PMC) Metro berdasarkan SK. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor:1100 tertanggal  oktober 1954.

Berdasarkan SK itu ketua PMC Metro bernama Hasan Badri. Hasan Badri ini dahulu tinggal di sekitar daerah Sumur Bandung (tepatnya di belakang kantor PLN sekarang), sekarang tempat berdirinya komplek pertokoan dan berdirinya supermarket  Chandra Departemen Store. Dokumen tentang Keberadaan PMC Metro ini dapat ditelusuri pada arsip dan data yang ada di PCM Metro Pusat. PMC Metro saat itu ditunjuk sebagai koordinator wilayah Lampung Tengah.

Sebagai cabang coordinator, PMC Metro membawahi Muhammadiyah Cabang Bantul, Cabang Trimurjo, Bangun Rejo, Kalirejo,  Padang Rejo, Bandar Jaya, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Surabaya, Rumbia, Pekalongan, Purbolinggo, Sukadana, Way Jepara, Sribawono, Sekampung, dan Cabang Batang Hari. Sementara Kecamatan yang belum berdiri cabang Muhammadiyah pada waktu itu adalah Gunung Sugih, Punggur, Raman Utara, dan Jabung.

PMC Metro sendiri sebagai cabang koordinator memiliki empat ranting yaitu Ranting Metro, Ganjar Agung, Yosodadi, dan ranting Tempuran. Sementara Cabang Bantul memiliki ranting yang lebih banyak, yaitu ranting Mulyojati, Margorejo, Rejomulyo, Sumber Sari, Kibang, Margototo, dan Ranting Margajaya. Adapun Cabang Hadimulyo saat itu memiliki beberapa ranting juga yaitu ranting Banjarsari, Purwosari, Badran Sari, Totokaton, Tulung itik, dan Way Jepara. Menurut informasi Way Jepara saat itu merupakan cabang yang berada dalam pembinaan cabang Hadimulyo.

Pada saat itu Pimpinan Muhammadiyah Cabang (PMC) yang kalau sekarang namanya Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dalam proses pendiriannya disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PMC Metro saat itu ditetapkan menjadi cabang koordinator sebagai cikal bakal berdirinya Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PMD).

Pada tahun 1965 Lampung ditetapkan sebagai provinsi. Karena  Lampung menjadi provinsi maka oleh PP. Muhammadiyah, Lampung ditetapkan sebagai Konsul Muhammadiyah ( Dulu dinamakan konsul yang memiliki wilayah setingkat Karesidenan). Sebagai Ketua Konsul Muhammadiyah Lampung adalah Bairam Bakar, seorang pegawai dan kepala penerangan agama karesidenan Lampung. Konsul Muhammadiyah Lampung membawahi beberapa cabang yaitu diantaranya Muhammadiyah cabang Metro, cabang Lampung Selatan di Gedung Tataan, Kotamadya Teluk Betung di Tanjung Karang, dan cabang Lampung Utara di Kotabumi. Cabang Metro saat itu diketuai oleh Sukijo, sekretaris Murhasan dan wakil ketua Darham Nasution. Sementara cabang Lampung Utara diketuai oleh Bangsa Raja.

Sampai dengan tahun 1965, PMC Metro masih menjadi cabang koordinator. Pada tahun 1965 itu juga PMC Metro sebagai cabang koordinator ditetapkan sebagai PMD berdasarkan hasil Musyawarah Wilayah Muhammadiyah di Cimeng Teluk Betung. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) saat itu yaitu Asyhari,  tidak mau membuka Musyawarah Wilayah jika belum terbentuk Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Menurutnya Musywil seharusnya dihadiri oleh para pimpinan daerah dan pimpinan cabang. Namun kenyataannya yang ada hanya pimpinan cabang, pimpinan daerahnya tidak ada karena memang pimpinan daerahnya belum terbentuk.  Atas kondisi itu maka sebelum musywil dibuka, pimpinan wilayah Muhammadiyah Sumbagsel meminta agar semua Pimpinan Muhammadiyah Cabang bermusyawarah membentuk pimpinan daerah

Wahasil di arena musywil itu masing-masing pimpinan cabang membentuk pimpinan daerah maka berdirilah PMD Lampung Selatan, PMD Lampung Utara, PMD Kotamadya Teluk Betung dan PMD Metro. Khusus cabang Metro setelah musyawarah menyepakati terbentuknya PMD Metro maka disusun pula kepengurusan PMD Metro untuk pertama kalinya yaitu pengurus PMD Metro masa bakti 1965-1968. Berdasarkan musyawarah itu terpilih Raden Sukijo sebagai Ketua PMD Metro dan ditetapkan pula Siradjuddin sebagai ketua PMC Metro. 

 

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website