PDM Kota Metro - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Metro
.: Home > Artikel

Homepage

Logika kekayaan: Kemiskinan Bukan Masalah Harta

.: Home > Artikel > PDM
15 Oktober 2021 23:49 WIB
Dibaca: 412
Penulis :

Oleh: Samson Fajar

 

Banyak yang menganggap bahwa kemiskinan adalah masalah harta. Dalam Al Qur'an kata orang miskin selalu berada pada status objek, bukan subjek. Kita disuruh memperhatikan orang miskin, hal ini mengindikasikan Allah sedang mengajak berfikir orang yang memiliki kelebihan harta. Sehingga kemiskinan adalah jalan amal sholeh bagi mereka yang kaya. 

Bagi orang beriman, kemiskinan bukan masalah, karena hati mereka selalu kaya, sehingga sekali lagi kemiskinan sebagai subjek hakikatnya tidak ada bagi orang beriman. 

Sehingga orang miskin adalah yang disifati dengan ‘faqru an-nafs’ (kefakiran jiwa) bukan karena ketidak punyaan harta. Karena dia tidak qana’ah terhadap apa yang Allah SWT berikan kepadanya. Dia selalu rakus untuk menimbun kekayaan, dari arah mana saja. Lalu, jika dia tidak mendapatkan apa yang ia cari, ia akan merasa sedih dan menyesal. Seakan-akan dia adalah orang yang tidak memiliki harta. Karena dia tidak merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya, sehingga seakan-akan dia bukan orang yang kaya.” (Fathul Bari, 2/277)

Rasulullah SAW telah menyebutkan orang yang pada hakikatnya miskin, seperti dalam sabda: “Bukanlah orang yang miskin itu orang yang meminta-minta kepada manusia untuk diberi satu atau dua suap makanan, dan satu atau dua butir kurma. Akan tetapi orang yang miskin itu adalah orang yang tidak memiliki (rasa cukup dalam hatinya yang membuat dirinya tidak meminta-minta kepada orang lain) dan orang yang tidak menyembunyikan keadaannya, sehingga orang bersedekah kepadanya tanpa dia meminta-minta.” (HR. Al-Bukhari no. 1479 dan Muslim no. 1472).

Kemiskinan harta hanya akan bermasalah bagi mereka yang tidak memiliki kekayaan hati, dan tidak memiliki ilmu akan menyikapi kemiskinan. Sehingga dengan ketidak pemilikan harta hanya akan menambah kemiskinannya.

Hal ini sebagaimana hadits riwayat Anas bin Malik RA berikut:  

عن أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ وسَلَّمَ: كَادَ الفَقْرُ أَنْ يَكُونَ كُفْرَاً، وَكَادَ الحَسَدُ أَنْ يَغْلِبَ القَدَرَ “

Kemiskinan itu hampir menjadi kekafiran, dan kedengkian itu hampir mendahului takdir.”

Kemiskinan hati inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kekafiran, akan tetapi kekurangan harta bagi yang kaya hati adalah hal biasa dan sangat ringan. 

 

Kemiskinan dalam logika Al Qur'an dan Sunnah adalah suatu hal yang memiliki keutamaan luar biasa. Kemiskinan yang dilarang adalah ketika kemiskinan menyebabkan seseorang putus asa, tidak sabar dan menuju kekufuran.

Oleh sebab itu saya memahami bahwa miskin juga membutuhkan ilmu, apalagi bagi mereka yang memilih jalan hidup miskin. 

Kemiskinan dapat menjadi pilihan bagi orang-orang yang ingin membangun kualitas diri dihadapan Allah SWT, hal ini dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, sebagainya dalam doa; Ya Allah, jadikanlah saya hidup dalam kemiskinan, matikanlah dalam kemiskinan dan kumpulkanlah saya dalam golongan orang miskin”   Siti Aisyah kemudian bertanya, "Mengapa Anda berdoa demikian wahai Nabi?"

Nabi menjawab, "Karena orang-orang miskin itu akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya dengan jarak waktu 40 masa. Wahai Aisyah janganlah kamu menolak orang miskin meskipun dengan memberi separuh buah kurma. Wahai Aisyah dekatilah orang miskin, maka Allah akan mendekati pada hari kiamat.

Bahkan dalam riwayat lain; Rasulullah bersabda: Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli surga itu? Mereka itu adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh para manusia, tetapi jika ia bersumpah atas nama Allah, pastilah Allah mengabulkan apa yang disumpahkannya. Maukah kuberitahu pada kalian siapakah ahli neraka itu? Mereka itu adalah setiap orang yang keras, kikir dan gemar mengumpulkan harta lagi sombong” (HR. Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853). dalam hadits ini bahwa orang lemah adalah mereka yang tak berharta, 

Orang yang miskin. 

Dengan beberapa hadits tersebut bahwa kemiskinan adalah sesuatu yang sangat luar biasa, bagi mereka yang mau memilih kemiskinan sebagai jalan menuju Allah, seperti imam Ghazali, imam Nawawi, dan para ulama Zuhud era itu. 

Mengilmui miskin adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sama dengan Mengilmui kaya. 

Yang pertama yang harus dipahami tentu memahami hakikat miskin. Yang kedua, mengapa harus memilih kemiskinan. Yang ketiga bagi mereka yang miskin, tentu bagaimana menyikapi kemiskinan agar tetap sabar. Yang keempat, bagaimana bangkit dari kemiskinan bagi mereka yang ingin menjadi kaya dengan menguatkan sisi iman, ilmu, ibadah, akhlak dan ilmu bisnis. Yang kelima, bagi mereka yang memilih jalan miskin, bagaimana memanfaatkan kemiskinan untuk memberikan manfaat kebaikan baik diri maupun umat, sebagaimana para ulama terdahulu.

Itu adalah gambaran bagaimana Mengilmui miskin, agar apapun takdir kita, karunia Allah kaya ataupun miskin kita tetap dalam keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. 

 

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website